Iklan

Ibnu Abbas Mengintip Nabi SAW





Bagaimana pentingnya shalat tahajud bagi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam? Hal ini dapat disimak dari kesaksian Sayyidah Ummu Salamah ketika melihat Nabi terbangun dari tidurnya seolah terguncang dan mengucap, “Subhanallah! Betapa banyak bencana dan kesengsaraan yang jatuh ke bumi pada dua pertiga malam. Betapa banyaknya rahmat dan karunia Allah yang tercurah.”

     Ucapan Nabi ini ditujukan kepada mereka yang waspada dan menolong diri sendiri dari bencana yang akan datang dan mempersiapkan dirinya dari bencana yang akan datang dan mempersiapkan dirinya untuk menerima anugerah rahmat Allah.

     Nabi selanjutnya mengatakan, “Bangunlah wahai orang yang tidur (untuk shalat tahajud). Mereka memakai pakaian yang indah dan menarik. Namun, pada Hari Kemudian mereka akan dibangkitkan tanpa sehelai pakaian pun (karena mereka tidak punya akhlak baik untuk ‘menutupi’ dirinya."

     Bagaimana Nabi melaksanakan shalat tahajud? Dapat disimak dari penuturan Sayyid Ibnu Abbas, sepupu Nabi ini mengatakan :

“Aku ingin melihat bagaimana Nabi SAW melakukan shalat tahajud. Pada suatu malam aku pergi ke rumah bibiku, istri beliau yang bernama Sayyidah Maimunah dan menginap di sana, (Pada waktu itu Abdullah masih anak-anak dan Maimunah sedang datang bulan.). Aku tidur di sisi lebar tempat tidur, sedangkan Nabi SAW dan istrinya tidur di bagian panjangnya. Aku pura-pura tidur.

     Setelah shalat Isya, Nabi SAW kembali ke kamar Maimunah dan melakukan empat rakaat shalat sunah (nafl). Setelah itu beliau berbicara sebentar dengan istrinya, lalu tidur. Kurang lebih menjelang tengah malam, beliau bangun, duduk duduk dan mengusap kantuk dari wajah dan matanya. Beliau  membaca sepuluh ayat terkahir ayat Ali Imran, lalu berwudhu dengan air dari tempat air yang terbuat dari kulit yang disimpan di kamarnya. Lalu, beliau berdiri untuk melakukan shalat.

     Ketika aku melihat beliau memulai shalat, aku pun bangkit berwudhu dan shalat bersamanya. Aku berdiri di sisi kiri beliau. Nabi SAW menjewer telingaku dengan tangan kanannya dan menarikku agar berdiri di sebelah kanannya. Nabi SAW melakukan dua belas rakaat sahalat tahajud (dua rakat-dua rakaat), lalu shalat witir. Setelah itu beliau tidur lagi. Nafasnya terdengar pada saat beliau tidur itu.

     Menjelang waktu shalat subuh, muazin datang dan member tahu beliau. Beliau bangkit, shalat sunah daua rakaat sebelum subuh, dengan membaca surat-surat pendek pada setiap rakaat. Lalu, beliau pergi ke masjid dan shalat Subuh tanpa berwudhu lagi. (HR Bukhari).

     Apa yang dilakukan Ibnu Abbas mengikuti shalat tahajud Nabi, juga diikuti oleh para sahabat lainnya. Sayyidah Aisyah meriwayatkan, Nabi SAW  biasanya shalat tahajud dengan berdiri di tempat terbuka dekat ‘hujrah’ (kamar) beliau. Namun, dinding di sekelilingnya amat rendah. Jadi , ketika orang melihat beliau sedang shalat tahajud, mereka pun bermakmum kepadanya.

     Esok paginya mereka bercerita tentang shalat itu. Ketika yang lain mendengarnya, mereka pun ikut tahajud pula bersama beliau. Hal ini berlangsung selama dua atau tiga malam.

     Pada malam berikutnya Nabi SAW tidak keluar dari kamarnya. Beliau shalad tahajud di dalam kamar. Pagi harinya, orang –orang ini menemui Nabi dan menanyakan mengapa beliau tidak keluar untuk shalat tahajud. Beliau menjawab bahwa beliau khawatir jika mereka terus-menerus melakukan shalat tahajud berjamaah, Allah mungkin akan mewajibkan shalat tersebut dan ini merupakan beban berat bagi kaum Muslimin. (HR Bukhari).

     Ada ulama yang berpendapat bahwa perintah shalat tahajud bagi Nabi SAW adalah wajib, sementara bagi kaum Muslimin sebagai sunnah. Di dalam Al-Quran disebutkan, setelah Nabi menerima wahyu yang pertama, kemudian lama tidur lagi turun wahyu, maka wahyu berikutnya adalah dimulai dengan perintah, “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.” – QS Al-Muzzamil (73): 1-5.

     Dengan begitu, mereka yang mampu mewajibkan dirinya untuk shalat tahajud setiap hari, maka maqamnya akan mendekati maqam kenabian. Wallahu’alam.

Article Top Ads

Central Ads Article 1

Middle Ads Article 2

Article Bottom Ads