Iklan

Kisah Hidup Ummu Hani', Figur Wanita Mulia Yang Dihormati Rasulullah SAW

Selain Gusti panutan Kanjeng Rasul Muhammad SAW, ada banyak figur sahabat Nabi yang juga dapat kita jadikan teladan dalam mengarungi kehidupan ini. Selain kisah para sahabat Nabi dari kalangan laki-laki, ternyata ada juga para sahabat Nabi dari kalangan wanita yang kisahnya tercatat dalam lembaran sejarah kejayaan Islam pada masa Rasulullah SAW. Salah satu di antaranya yaitu kisah dari sahabat Nabi bernama Fakhitah binti Abi Thalib, atau lebih dikenal dengan sebutan Ummu Hani'. 

wanita muslimah
ilustrasi via istock

Ummu Hani' merupakan seorang perempuan dari keturunan Bani Hasyim. Nama lengkapnya yaitu Fakhitah binti Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Beliau adalah saudari perempuan dari sahabat Ali bin Abi Thalib, Ja'far bin Abi Thalib dan Aqil bin Abi Thalib. Artinya, Ummu Hani' adalah sepupu Rasulullah SAW karena beliau adalah putri dari Abu Thalib, paman Nabi. Sedangkan ibunya adalah Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf.

Cinta Pertama Nabi

Ummu Hani' merupakan salah seorang wanita yang mendapatkan tempat istimewa di hati Rasulullah SAW. Melewati masa-masa kecil bersama, Ummu Hani juga merupakan cinta pertama Nabi sebelum akhirnya beliau menikahi sayyidah Khadijah RA. Diceritakan bahwa sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, beliau pernah memberanikan diri mengungkapkan rasa cintanya kepada Ummu Hani dan coba melamarnya. Namun sayangnya, lamaran beliau ditolak oleh Abu Thalib, ayah Ummu Hani'. 

Tentunya ada alasan mengapa Abu Thalib menolak lamaran Nabi untuk putrinya, Ummu Hani'. Hal ini dikarenakan Ummu Hani' keduluan sudah dilamar oleh orang lain. Abu Thalib menjelaskan bahwa Ummu Hani' telah dilamar oleh seorang laki-laki bernama Hubayrah, salah seorang putra saudara ibu Abu Thalib dari Bani Makhzum. Meski begitu, Rasulullah tetap coba membujuk pamannya agar menikahkan putrinya dengan beliau, karena saking cintanya kepada Ummu Hani. 

Sayangnya, Abu Thalib tetap menolak dengan halus permintaan dan lamaran Nabi tersebut. Abu Thalib juga menjelaskan bahwa ia menerima pinangan Hubayrah karena Bani Makhzum sebelumnya pernah menikahkan putri mereka dengan salah seorang dari kabilah Abu Thalib, sehingga ia mesti membalas perlakuan itu demi menjaga hubungan baik antar kabilah. Inilah tradisi yang berlaku di kalangan masyarakat Arab kala itu.

Setelah menikah dengan Hubayrah, Ummu Hani' dan suaminya tersebut tinggal di Makkah dan dikaruniai empat orang anak. Salah seorang anaknya bernama Hani', karena itulah Fakhitah kemudian lebih dikenal dengan sebutan Ummu Hani' (artinya: ibunya Hani'). Sedangkan Rasulullah SAW akhirnya menemukan cinta sejatinya pada diri Khadijah, istri pertama yang setia dalam membela dan mendampingi dakwah Rasulullah SAW.

Kemuliaan Ummu Hani'

Menjelang peristiwa Isra Mi'raj, Nabi Muhammad SAW pernah datang berkunjung ke rumah Ummu Hani. Beliau melakukan shalat malam lalu tidur di sana. Malam itu, rumah Ummu Hani' dikunjungi oleh malaikat Jibril AS yang hendak menjemput Rasulullah SAW. Di bawah atap rumahnyalah konon peristiwa Isra Mi'raj bermula. Saat fajar tiba, Nabi pun kembali ke tempat yang sama dan kemudian mengabarkan kepada Ummu Hani' tentang perjalanannya dalam satu malam itu. Ummu Hani' pun mengimani penuturan Rasulullah SAW.

Pada saat terjadi peristiwa Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah) oleh pasukan kaum Muslimin, penduduk Makkah berbondong-bondong untuk masuk Islam. Begitu pula dengan Ummu Hani' yang kemudian menjadi seorang Muslimah. Namun sayangnya, sang suami, Hubayrah, enggan memeluk Islam dan memilih lari keluar Makkah. Ia pergi meninggalkan istri dan anak-anaknya dengan pergi menuju Najran. Sepeninggal sang suami, Ummu Hani' pun dengan sabar mendidik dan membesarkan anak-anaknya seorang diri. 
Diriwayatkan bahwa sewaktu terjadi fathu Makkah, Ummu Hani' pergi menemui Rasulullah SAW. Ummu Hani' mengisahkan, "Aku pergi menemui Rasulullah SAW pada tahun penaklukkan Kota Mekah. Saat itu beliau sedang mandi, dan putrinya (Fathimah) menutupinya dengan tabir. Kuucapkan salam kepada beliau. Dari balik tabir, beliau bertanya, 'Siapa itu?'. Aku pun menjawab, 'Aku, Ummu Hani' binti Abi Thalib'. 'Marhaban Ummu Hani', sambut beliau.

Usai mandi, Rasulullah kemudian menunaikan shalat 8 rakaat dengan berbalut satu pakaian. Setelah shalat, aku berkata, 'Wahai Rasulullah, saudaraku -Ali bin Abi Thalib- ingin membunuh seseorang yang aku lindungi, yakni Fulan bin Hubayra'. Rasulullah bersabda, 'Sungguh kami melindungi orang yang engkau lindungi wahai Ummu Hani'. 'Jika demikian, jelas sudah masalahnya', jawab Ummu Hani' dengan lega. (HR. Bukhari). 

Masih di hari-hari penaklukan kota Makkah tersebut, Rasulullah SAW pernah menyempatkan diri untuk berkunjung menemui Ummu Hani dan menanyakan persediaan makanan di rumahnya. Ummu Hani kemudian menjawab, "Aku tidak memiliki apa-apa kecuali cuka, wahai Rasulullah". Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Dekatkan padaku makanan itu, betapa miskin sebuah rumah yang di dalamnya tidak terdapat lauk dan cuka".

Rasulullah Coba Melamar Ummu Hani' Untuk Kedua Kalinya

Suatu ketika, timbul keinginan dari Rasulullah SAW untuk kembali meminang Ummu Hani' sebagai istri dan agar anak-anaknya memiliki seorang ayah. Hal itu juga beliau maksudkan untuk menghibur Ummu Hani yang telah ditinggal pergi oleh suaminya. Namun ternyata ia menolak dengan halus pinangan dari Rasulullah tersebut. Ummu Hani' berkata, "Wahai Rasulullah, aku ini perempuan yang sudah lanjut usia dan memiliki banyak anak. Aku takut mereka akan menyakitimu". Selain itu, penolakan Ummu Hani' ini juga dikarenakan ia khawatir hal itu dapat mengganggu dakwah Rasulullah SAW di masa yang akan datang. 

Rasulullah pun mengerti dan akhirnya mengurungkan niatnya tersebut. Meski begitu, beliau SAW menyanjung Ummu Hani dengan menyebutkan, "Sebaik-baik perempuan yang menanggung unta adalah yang paling sayang kepada anak-anaknya yang masih kecil dan yang paling bisa menjaga harta suaminya". 

Rasulullah SAW memang sangat menghormati Ummu Hani'. Beliau sering mengunjungi Ummu Hani di rumahnya dan beristirahat di sana. Rasulullah juga sering menerima pendapat dan pertimbangan dari Ummu Hani', bahkan tak pernah satu kali pun beliau menentang pendapatnya.

Ummu Hani' hidup menjanda hingga akhir hayatnya. Meski tergolong terlambat masuk Islam, namun perannya dalam perjuangan Islam tidak bisa dianggap remeh. Ummu Hani' termasuk sosok penting dalam sejarah Islam. Selain ikut membela dan memperjuangkan kejayaan Islam, beliau juga termasuk salah seorang sahabat Nabi yang turut andil dalam meriwayatkan hadis-hadits Nabi SAW. Sekitar 46 hadis telah beliau riwayatkan kepada murid-muridnya. Ummu Hani' Radhiyallaahu 'Anha wafat pada tahun 40 H atau 661 M. 

Demikianlah kisah Ummu Hani', sahabat Nabi dari kalangan wanita yang begitu mulia dan dihormati Rasulullah SAW. Umur, jodoh, dan rezeki memang menjadi rahasia Allah SWT. Meskipun begitu, sebagai seorang mukmin kita harus tetap berusaha dan bermohon doa kepada-Nya. Semoga Allah menunjukkan jalanNya yang terbaik untuk kita semua. Aamiin.

Article Top Ads

Central Ads Article 1

Middle Ads Article 2

Article Bottom Ads