Mansubatul Asma
MANSUBATUL ASMA
1. Pengertian Mansubat Asma
Manshubat asma yaitu kumpulan isim yang berada dalam kondisi manshub dalam i’rab-nya. Penyebab mashubnya yaitu dikarenakan adanya ‘amil yang berada di depan isim tersebut. Manshubat asma termasuk kelompok isim mu’rab. Perubahan kata dalam Bahasa Arab terbagi menjadi empat. Empat macam i’rab ini didasari oleh 4 harakat dalam Bahasa Arab, yaitu dhammah, fathah, kasrah, dan sukun. Adapun manshubat asma termasuk kelompok isim nasab atau fathah.
2. Macam-macam Mansubat Asma
Mansubatul Asma terbagi kedalam 15 bagian yaitu, maf’ul bih, masdhar, dzorof zaman, dzorof makan, hal, tamyiz, mustasna, isim la, munada, maf’ul liajlih, maf’ul ma’ah, Khobar kaana dan saudaranya, isim inna dan saudaranya, dan tabi.
Adapaun beberapa bagian dari mansubat asma yaitu:
a. Maf’ul Bih
Maf’ul bih yaitu isim yang nashab yang menunjukkan
kepada pihak yang dikenai amalnya fa’il bersamaan dengan tidak berubahnya bentuk fi’il dan menunjukan Objek.
Letak-letak Maf’ul Bih
1) فعل – فاعل – مفعول به
contohnya رَفَسَ محمدُ الكرةَ(muhammad menendang bola)
2) فعل – مفعول به – فاعل
Contohnya أَكَّل الرزَّ الوَلَدُ (anak kecil itu memakan nasi)
3) فعل فاعل – مفعول به
Contohnya قَرَأْتُ الكتَابَ(saya membaca buku)
4) فعل فاعل مفعول به
Contohnya نَصَرَهاَ(Dia menolongnya (perempuan))
5) فاعل – مفعول به فعل
Contohnya أسْتَاذٌ سألنِى(ustad bertanya kepadaku)
6) فاعل فعل – مفعول به
Contohnya أَكَلتُ خبزاً(aku hanya memakan roti)
b. Maf’ul Fih
Maf’ul fih ialah yaitu isim yang menunjukkan keterangan waktu atau tempat terjadinya suatu perbuatan. Contohnya:
سفرتُ ليلاً (saya bersafar pada malam hari)
صمتُ يومُ الإثنَيْنِ (saya berpuasa pada hari senin)
Catatan:
· Maf’ul fiih yang digunakan untuk menunjukkan keterangan waktu dikenal sebagai zhorofzaman, yaitu صباحاً, ليلاً, شهرا، تَارَةً، قبل، بعد، الآن، أحيانا
· Maf’ul fiih yang digunakan untuk menunjukkan keterangan tempat dikenal sebagai zhorofmakan, yaitu فوق، بين، عند، وراء، تحت، حول، يمين، شمال
Macam-macam Dzorof
Ø Zhorof mutashorrif yaitu lafazh zhorof yang dapat difungsikan untuk selain zhorof. Contohnya
يومُ الجمعةِ يومٌ مباركٌ (hari jum’at ialah hari yang diberkati)
Ø Zhorof ghoiru mutashorrif yaitu lafazh yang hanya dapat difungsikan sebagai zhorof dan tidak dapat difungsikan untuk yang lainnya. Contohnya
لاَتَرْقُد قبلَ الوضوءِ (jangan kamu tidur sebelum wudhu)
Catatan Zhorof:
Ø Zhorof ghoiru mutashorrif boleh dijarkan dengan huruf مِن contohnya دخلتُ المسجدَ مِن قَبْلِكُم
Ø Ada beberapa zhorof yang bentuknya yaitu mabni. Seperti أَمْسِ، حيْثُ
c. Maf’ul Liajlih
Maf’ul liajlih yaitu isim yang digunakan untuk menjelaskan sebab terjadinya perbuatan. Contohnya
صليتُ إيمانًا باللهِ (saya shalat karena iman kepada Allah)
Maf’ul liajlih di bentuk dari amalan-amalan hati. Lafazh-lafazh yang digunakan maf’ul liajlih yaitu:
إِكْراَماً (Karena Hormat), حياَناً (Karena Malu), حزْناً (karena sedih), رحمةً (karena sayang) dan lainnya
Adapula ma’ul liajlih yang dijarkab dengan huruf lam
اعطيت الفقير طعاما لشَفَقَتِهِ (Aku memberi orang fakir itu makanan karena kasihan kepadanya)
d. Maf’ul Mutlaq
Maf’ul muthlaq yaitu isim yang berasal dari lafazh fi’il yang berfungsi untuk penguat makna, penjelas bilangan atau penjelas sifat. Contohnya
حفظتُ الدرسَ حِفْظًا(Aku telah menghafal pelajaran itu dengan sebenar-benarnya hafal)
Ketentuan Maf’ul Mutlaq
1. Maf’ul muthlaq harus menggunakan mashdar (kata kerja yang dibendakan).
2. Apabila mashdar yang merupakan maf’ul muthlaq berdiri sendiri, maka ia berfungsi sebagai penguat makna. Contoh رَفَسْتُ رَفْسًا(aku menendang dengan sebenar-benarnya tendangan)
3. Maf’ul muthlaq yang berfungsi untuk menjelaskan bilangan, biasanya mengikuti wazan فَعْلَةً. Contohnya رَفَسْتُ رَفْسَةً(aku menendang dengan sekali tendang)
4. Apabila mashdar yang merupakan maf’ul muthlaq disifati atau di-idhofah-kan, maka ia berfungsi sebagai penjelas sifat atau jenis. Contohnya رَفَسْتُ رَفْسًا شَدِيْداً(aku menendang dengan tendangan yang keras)
5. Terkadang fi’il dari maf’ul muthlaq dihilangkan contohnya شُكْراً asalnya أشكركَ شكرا
e. Maf’ul Ma’ah
Maf’ul ma’ah yaitu isim yang terletak setelah huruf ((و yang mempunyai arti “bersama” untuk menunjukkan kebersamaan. Contohnya
سَارَ عَلي وَ الجَبَلَ (Ali berjalan bersama gunung)
Perbedaan Wawu Ma’iyah dengan ‘Athof
1. Isim yang terletak setelah waw ma’iyyah selalu mansub, adapun isim yang terletak setelah waw ‘athof tergantung ma’thuf-nya.
2. Pelaku pada waw ma’iyyah hanya terdiri dari satu pihak, sedangkan pelaku pada waw ‘athof terdiri dari dua belah pihak.
f. Hal
Hal yaitu isim mansub yang digunakan untuk menjelaskan keadaan fa’il atau maf’ul bih saat terjadinya fi’il (perbuatan). Contohnya
صَلى محمد قَائِداً(Muhammad shalat dalam keadaan berdiri)
Ketentuan Hal
1. Hal merupakan isim yang mansub
2. Hal berbentuk isim nakiroh, sedangkan shohibul hal berbentuk isim ma’rifat contohnya
أكل الولدُ قائماً(Anak itu makan dalam keadaan berdiri)
3. Hal mengikuti shohibul hal dari sisi Jenis (mudzakkar atau muannats) dan ‘adad (mufrod, mutsanna, jama’). Contohnya
شرب محمدٌ جالسًا(Muhammad minum dalam keadaan duduk)
سربت فاطمةُ جالسةً) Fatimah minum dalam keadaan duduk)
أكل الولدُ قائماً) Anak itu makan dalam keadaan berdiri)
أكل الولدانِ قائمانِ(Dua anak itu makan dalam keadaan berdiri)
g. Tamyiz
Tamyiz yaitu isim nakiroh yang disebutkan dalam suatu kalimat untuk memberi penjelasan sesuatu yang masih samar. Sesuatu yang masih samar yang dijelaskan oleh tamyiz dikenal dengan istilah mumayyaz. Contohnya اِشْتَرَيْتُ عشرينَ كتاَباً
عشرين =مميز
كتاباَ = تمييز
Macam-Macam Mumayyaz
1. Mumayyaz malfuzh yaitu mumayyaz yang disebutkan dalam pembicaraan atau kalimat.
Mumayyaz malfuzh ada 4, yaitu
Ø Nama-nama Takaran (اسماء الكَيل)
Contohnya اِشْتَرَيْتُ لِتْرًارُزًا
Ø Nama-nama Timbangan (اسماء الوزن)
Contohnya اِشْتَرَيْتُ كِيْلوْغَرَماًلحْماً
Ø Nama-nama Jarak (اسماء المَسَاحَة)
Contohnya اِشْتَرَيْتُ مِتْراًقُماَساً
Ø Nama-nama bilangan (اسماء العدَدِ)
Contohnya اِشْتَرَيْتُ عِشْرِيْنَ كتاَب
2. Mumayyaz malhuzh yaitu mumayyaz yang tidak ditampakkan dalam pembicaraan atau kalimat. Mumayyaz malhuzh biasanya untuk menggantikan mubtada’ atau fa’il. Contohnya
حَسُنَ عليٌ وَجْهًا (wajah ali bagus)
asalnya حَسُنَ وجْهُ عليٌ (wajah ali bagus)
Tamyiz Adad
Tamyiz ‘adad yaitu tamyiz yang digunakan untuk menjelaskan mumayyaz yang berupa ‘adad (bilangan). Tamyiz adad disebut juga dengan istilah ma’dud (المعدود). Contohnya اِشْتَرَيْتُ عشرينَ كتاَباً
عشرينَ = adad
كتاَباً = ma’dud
Hukum ‘Adad dan ma’dud
1. Jika ‘adadnya berupa bilangan 3-10, maka ma’dud berbentuk jamak majrur. contohnya
ثلاثةُ أولاَدٍ، ستعةُ أيَامٍ، خمسةُرجالٍ
2. Jika ‘adadnya berupa bilangan 11-99, maka ma’dud berbentuk mufrod manshub. Contohnya
خمسةَ عشرَ وَلَداً، اربعةَ عشرَ رجُلاً
3. Jika ‘adadnya berupa bilangan 100 atau 1.000 atau kelipatannya, maka ma’dud berbentuk mufrod majrur. Contohnya ماِئةُ ولَدٍ، ألفُ رَجُلٍ
Rumus mengahafalnya yaitu جٍ مًا مٍ
جٍ= jamak majrur
ماً= mufrod mansub
مٍ= mufrod majrur
h. Mustatsna
Mustatsna adalah isim yang disebutkan setelah adatul istitsna (pengecualian) untuk menyelisihi hukum kata sebelum adatul istitsna. Kata yang terletak sebelum adatul istitsna dikenal dengan istilah mustatsna minhu (مستثنى منه). Contohnya
نجح الطلابُ إلاَّ حَسَنًا (Para siswa lulus kecuali hasan)
إلاَّ= istisna
الطلابُ= mustasna minhu
حَسَنًا= mustatsna
Hukum-hukum mustatsna
1. Hukum mustatsna dengan إِلاَّ
Ø Wajib nashob, apabila kalimatnya positif dan disebutkan mustatsna minhu. Contohnya
رَجَعَ الحاَضِرُوْن إلاَ محمدً(para hadirin datang kecuali Muhammad)
Ø Boleh nashob atau mengikuti mustatsna minhu apabila kalimatnya negatif dan disebutkan mustatsna minhu. Contohnya
ماَ رجعَ الحاَضِرون إلا محمداً \ محمدٌ (Para hadirin tidak pulang kecuali Muhammad)
Ø Di ’irob sesuai dengan kedudukannya dalam kalimat, apabila kalimatnya negatif dan tidak disebutkan mustatsna minhu. Contohnya
ماَ رجعَ إلاَّ محمدٌ (Tidak ada yang pulang kecuali Muhammad)
ماَ ضَرَبْتُ إلاَّ محمداً (aku tidak memukul kecuali muhammad)
2. Hukum mustatsna dengan غَير dan سِوَى
mustatsna dengan غَير dan سِوَىyaitu selalu dalam posisi majrur. Contohnya
رَسَبَ الطُلاَّبُ غيرَ عَلِيٍّ (Para murid gagal kecuali ali)
نجحَ الطلاب سوى حَسَنٍ (para murid lulus kecuali hasan)
Hukum I’rob غَيْر ialah mengikuti hukum mustatsana dengan إلا
Ø Kalimat positif dan disebutkan mustastna minhu. Contohnya رَجَعَ الحَاضِرُوْنَ غَيْرَ محمدٍ
Ø Kalimat negatif dan disebutkan mustasna minhu.contohnya ما رجع الحاضرون غَيْرَ \ غَيْرُ محمدٍ
Ø Kalimat negatif dan tidak disebutkan mustasna minhu. Contohnya ما رجع غَيْرُ محمدٍ
3. Hukum mustatsna dengan خَلاَ، عَدَاdan حَاشاَ
mustatsna dengan خَلاَ، عَدَاdan حَاشاَ boleh nashob maupun jar/ majrur. Contohnya
رَجَعَ الحَاضِرُوْنَ خَلاَ محمداً \ محمدٍ
رَجَعَ الحَاضِرُوْنَ حَاشاَ محمداً \ محمدٍ
i. Munada
Munada adalah isim yang disebutkan setelah huruf nida’ (huruf yang digunakan untuk memanggil). Contohnya
ياَ عبدَ اللهِ، ياَ ناَئماً
Huruf Nida
1. أَ (untuk memanggil jarak dekat)
Contohnya أَعَبدَ اللهِ(wahai abdullah)
2. أَياَ، هيَّا، أَيْ(untuk memanggil jarak jauh)
Contohnya أيا عبدَ اللهِ هل تسمعُ صوتى (wahai abdullah, apakah enggaku mendengar suaraku)
3. ياَ (untuk memanggil jarak dekat dan jauh)
Contohnya ياًعَبدَ اللهِ(wahai abdullah)
Macam-macam Munada
1. Munada mansub
Ø مضاف contohnya يا عبدَالله (wahai abdullah)
Ø شبهُ بالمضاف contohnya يا طالعاً جَبَلاً (wahai pendaki gunung)
Ø نكِيْرةٌ غير مقصودةٍ contohnya يا مسلماً (wahai muslim)
2. Munada dimabnikan dengan tanda rofa’
Ø مفرد علم (nama orang tunggal)
Contohnya يا محمدُ، يا عليُ
Ø نكرة مقصودة (nakiroh yng sudah pada orang tertentu)
Contohnya يا رجلُ، يا مسلمُ
Kata yang terdapat أل
a. Kata yang di panggil i’rob-nya marfu’
b. Menambahkan lafazh berikut setelah huruf nida’:
1. ايها (mudzakar): يا أيها المسلمون
2. أيتها(muannats): يا أيتها المسلمات