Pengalaman Shalat Idul Fitri di Masjid Haci Bayram, Seorang Guru Para Sultan Utsmani
Pengalaman shalat di Masjid Haci Bayram, nama yang diambil dari nama ulama yang dihormati di kalangan masyarakat muslim Turki, dan penyebar dakwah di Anatolia
Hidayatullah.com | IDUL FITRI adalah hari paling menggemberikan bagi umat Islam di seluruh dunia. Kali ini saya ingin berbagi tentang pengalaman berkesan melaksanakan shalat Idul Fitri di salah satu masjid tertua di ibukota Turki Ankara, yaitu di Masjid Haci Bayram Cami yang telah berdiri sejak tahun 1427.
Kesan pertama yang menarik dari pelaksanaan shalat Ied di Turki yaitu mengenai waktu pelaksanaan shalat Ied yang lebih cepat daripada di Indonesia. Di Turki shalat dilakukan sekitar pukul 6.30 pagi.
Khutbahnya juga dimulai pada saat waktu syuruq, sekitar 5.40 pagi ketika langit masih gelap dan dilakukan di awal sebelum pelaksanaan shalat. Khutbah yang disampaikan dalam bahasa Turki membuat kami sebagai warga asing mencoba memahami pesan-pesan yang disampaikan karena keterbatasan bahasa yang kami miliki.
Komunitas mahasiswa dan pelajar asing juga turut terlihat melakukan shalat Ied di Masjid Haci Bayram. Di antaranya ada yang berasal dari Asia Tengah, Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia Tenggara.
Kesan berikutnya terkait tata cara shalat Ied, sebenarnya tidak banyak berbeda hanya saja di Indonesia yang terdapat 7 kali takbir pada rakaat pertama dan 5 kali takbir pada rakaat kedua sedangkan di Turki dilakukan dengan 4 kali takbir pada rakaat pertama dan 3 kali takbir pada rakaat kedua.
Kemudian bacaan Surat Al Fatihah dan surat pendek dibaca terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan takbir. Setelah saya perhatikan mungkin saja perbedaan ini disebabkan perbedaan mazhab yang dianut yaitu Mazhab Syafii di Indonesia dan Turki menganut Mazhab Hanafi.
Khutbah yang disampaikan dalam bahasa Turki menggunakan bahasa yang sederhana dan dipahami oleh mahasiswa asing yang mempelajari Bahasa Turki. Ditambah dengan kutipan ayat-ayat suci Al-Quran dan hadist yang dapat dimengerti dengan mudah.
Pada saat shalat juga terdapat momen berkesan dikarenakan bacaan Quran dari Imam shalat yang sangat fasih, sehingga membuat banyak jamaah terharu dan tanpa terasa meneteskan air mata.
Ulus, pusat kota lama Ankara
Setelah pelaksanaan shalat Ied selesai dilanjutkan dengan doa dan kemudian ternyata ada sambutan istimewa oleh Wakil Presiden Turki, Fuat Oktay, yang juga turut hadir di Masjid Haci Bayram Cami. Pesan singkat dari beliau adalah bahwa momen shalat Ied ini dihadiri oleh jamaah dari berbagai bangsa, etnis dan negara yang berbeda tetapi kemudian bersatu dalam keberkahan dan kemuliaan Idul Fitri. Sambutan tersebut kemudian diakhiri dengan barisan jamaah pria bersalaman dengan Imam dan Wakil Presiden Turki sebelum keluar meninggalkan masjid.
Masjid Haci Bayram terletak di Ulus, yaitu pusat kota pemerintahan lama di Ankara. Di sana juga terdapat pasar tradisional tertua di Ankara yaitu Pasar Ulus.
Banyak terdapat bangunan bersejarah yang sekarang menjadi museum seperti Gedung Parlemen pertama tempat berkumpulnya Majelis Kebangsaan Turki pertama di sini pada tahun 1923 dan juga bangunan pemerintahan lama menjadi gedung universitas ASBU. Ulus dalam bahasa Turki memiliki arti bangsa, yang menggambarkan Ulus sebagai jantungnya kota Ankara lama.
Di seberang gedung parlemen adalah hotel tertua di kota ini yaitu Ankara Palas, tempat dimana Pendiri Turki, Mustafa Kemal Ataturk dulu pernah tinggal. Kemudian di pusat Lapangan Ulus terdapat Monumen Republik yaitu patung Ataturk menaiki kuda yang didirikan pada tahun 1927 sebagai simbol perang kemerdekaan Turki.
Ulus dahulunya adalah pusat kota Ankara dimana semua aktivitas pemerintahan dan ekonomi berjalan disini. Tapi dengan seiring berjalannya waktu dan berkembangnya pembangunan kota akhirnya pusat kota Ankara bergeser ke Kizilay yang berjarak hanya sekitar 15 menit dari Ulus.
Haci Bayram dan bashirah penaklukkan Konstantinopel
Masjid Haci Bayram sendiri menyimpan kisah unik dan mengandung banyak sejarah dalam peradaban Turki Ottoman. Masjid ini berusia ratusan tahun dan dibangun sekitar tahun 1427 dan disampingnya terdapat reruntuhan Kuil Kuno Romawi Augustus dari tahun 25 SM dan makam wali suci yang dihormati di Turki yaitu Haci Bayram-i Veli.
Haci Bayram adalah ulama dan wali yang dihormati di kalangan masyarakat muslim Turki, karena dia termasuk penyebar dakwah Islam di tanah Anatolia dan tokoh sufi terkemuka pendiri Tarekat Sufi Bayrami. Haci Bayram menyelesaikan pendidikan keagamannya di Ankara dan Bursa kemudian ia mengajar di madrasah tradisional bernama Karamedrese di Ankara.
Ada kisah menarik dari seorang Haci Bayram dimana dia adalah penasehat spiritual dan keagamaan dari para Sultan Ottoman terutama pada masa pemerintahan Sultan Murad II. Suatu ketika Haci Bayram pergi ke Istana Edirne untuk mengunjungi Sultan Murad II, khususnya sultan prihatin dengan perkembangan operasi penaklukan Konstantinopel ibukota Bizantium yang belum membuahkan hasil positif.
Sultan Murad II bertanya langsung kepada Haci Bayram, “Siapa yang akan menaklukkan kota Konstantinopel?”. Haci Bayram menjawab, “Sultanku, anda tidak akan dapat melakukannya, tetapi bayi ini yang akan menaklukkannya. Anda dan saya tidak akan hidup pada saat penaklukkan tersebut, tetapi muridku Aksamsuddin akan ada di sana menyaksikannya”.
Bayi tersebut adalah putera Sultan Murad II yang kemudian akan tumbuh menjadi Sultan Mehmed II, dia akan menaklukkan kota Konstantinopel pada tahun 1453 dan kemudian menerima gelar Al-Fatih yang berarti Sang Penakluk. Pandangan bashirah Haci Bayram itu terwujud dalam sejarah, di sini kita bisa melihat sisi kewalian yang begitu kuat dari beliau.
Haci Bayram kemudian meminta muridnya Aksamsuddin untuk menjadi guru pembimbing bagi bayi Mehmed dan Sultan Murad II pun setuju. Haci Bayram kemudian melakukan beberapa perjalanan lagi ke Edirne sampai dia meninggal pada tahun 1430 di Ankara. Kepemimpinan tarekatnya diwariskan kepada muridnya Aksamsuddin, kemudian makamnya dan masjidnya ini kemudian yang sekarang menjadi kompleks Masjid Haci Bayram Cami.
Demikian pengalaman saya melakukan shalat Ied di Masjid Haci Bayram, tidak hanya kami bisa merasakan tata cara shalat yang berbeda, dapat bertemu dan berinteraksi dengan umat muslim lintas negara baik dari Turki maupun negara lainnya. Selain itu masjid ini juga menyimpan kisah sejarah peradaban Ottoman yang begitu kuat. Semoga tulisan ini bisa menyebarkan inspirasi positif dari kisah perjalanan hidup Haci Bayram, seorang ulama, wali dan guru para sultan Ottoman.*/Yollanda Vusvita Sari, mahasiswi pascasarjana Universitas Ilmu Sosial Ankara (ASBU), diaspora Indonesia yang menetap di Ankara, Turki
Rep: Admin Hidcom
Editor: –