TakTinggal di Gedung Biru, Presiden Korea Selatan Dituding Percaya Dukun
Hidayatullah.com– Selama puluhan tahun, presiden-presiden Korea Selatan memulai masa jabatan mereka dengan membiasakan diri tinggal di Gedung Biru, kediaman resmi kepala negara. Namun, Yoon Suk-yeol menjadi presiden pertama dalam sejarah modern negara itu yang menolak untuk tinggal di tempat itu.
Yoon, yang me citrakan dirinya sendiri sebagai “presiden rakyat”, hari Selasa (10/5/2022), membuat kejutan dengan mengatakan tidak bermaksud untuk tinggal di Blue House, yang dinamakan demikian karena genting atapnya yang berwarna biru. Dia justru memilih menuju sebuah kantor baru di dalam bangunan bekas kementerian pertahanan di pusat kota Seoul.
Yoon berdalih Gedung Biru, yang terletak di kaki gunung di lokasi bekas pusat kekuasaan kolonial Jepang 1910-1945 di Semenanjung Korea, merupakan “simbol kekuasaan imperialisme”. Presiden-presiden Korea Selatan berturut-turut telah tinggal dan bekerja di sana sejak negara itu menjadi republik pada tahun 1948.
Akan tetapi, keputusan Yoon itu tidak disambut dengan baik. Pendahulunya, Moon Jae-in, mengatakan keputusan Yoon untuk tidak tinggal dan bekerja di Gedung Biru justru akan menimbulkan masalah keamanan.
Para pendukungnya dari kalangan konservatif justru mempertanyakan keputusan itu – yang kabarnya merogoh kocek negara $40 juta – sementara Yoon seharusnya fokus pada masalah perekonomian dan isu-isu berkaitan dengan Korea Utara.
Yoon, 61, membantah tuduhan bahwa dia dan istrinya memutuskan untuk tinggal di tempat lain atas masukan dari para dukun, yang perannya dalam dunia politik Korea Selatan menjadi isu selama kampanye.
Menanggapi tuduhan itu, Yoon mengatakan bahwa hal tersebut dikarang oleh lawan-lawan politiknya. “Partai Demokrat sepertinya lebih tertarik pada para dukun dibanding saya,” katanya kepada awak media menyusul kemenangannya pada 9 Maret, seraya menambahkan bahwa dia sudah menimbang beberapa lokasi sebagai kantor dan tempat tinggal resminya selama menjabat.
Dia menjadi sorotan setelah muncul klaim bahwa penasihat-penasihat spiritual (dukun) yang diperkenalkan kepada istrinya, Kim Kun-hee, memiliki peran besar dalam kampanye pemilihan.
Kim, 49, mengatakan kepada sebuah kanal YouTube bahwa dia “seorang spiritual” yang menyukai diskusi penuh makna dengan para guru daripada mengunjungi kelab malam, menurut laporan kantor berita Yonhap seperti dilansir The Guardian.
Yoon juga menyangkal bahwa dia sering mengunjungi seorang ahli akupunktur anal.
Ada spekulasi bahwa Yoon bertekad menghindari “kutukan” Gedung Biru yang telah menjungkirbalikkan kekuasaan sejumlah pendahulunya, termasuk diktator Park Chung-hee, yang dibunuh di halaman gedung itu pada 1979, dan putrinya, Park Geun-hye, yang dimakzulkan dan dipenjarakan karena korupsi pada 2017.
Ketika Yoon diambil sumpahnya dalam pelantikan sebagai presiden hari Selasa ini, warga Korea Selatan yang antusias pergi mengunjungi Gedung Biru dan memberikan tanggapan terhadap keputusan presiden baru mereka.
“Rasanya tidak nyata,” kata Hwang Jin-woo, pekerja di perusahaan konstruksi, kepada The Guardian di luar Gedung Biru, yang halamannya nanti akan diubah menjadi taman publik.
“Sejak saya masih kecil, tempat ini telah menjadi simbol kekuasaan. Sampai kemarin, tempat itu adalah simbol kekuasaan, tetapi sekarang publik dapat mengaksesnya. Saya lahir beberapa dekade yang lalu, kala itu saya bahkan tidak bisa mengintip tempat ini. Tapi tiba-tiba gedung itu diberikan kepada publik, rasanya agak sulit dipercaya.”
Lee Jin-ok, seorang pengunjung dari Suwon, dekat Seoul, sependapat dengannya. “Saya pikir ini benar-benar hebat, bahwa tempat itu telah kembali ke tangan rakyat,” kata wanita itu. “Tempat ini memiliki banyak nilai budaya dan saya selalu berpikir bahwa Blue House adalah salah satu bangunan terindah di Korea. Saya berharap orang-orang akan datang ke sini dan bersenang-senang sambil belajar tentang sejarah Korea dan presiden-presiden masa lalunya.”
Namun, bagi Kim Moon-soo, seorang pekerja kantoran, uang jutaan dolar yang dihabiskan untuk membangun kantor baru Yoon seharusnya dipakai untuk keperluan yang lebih bermanfaat.
“… Saya berharap dia akan memenuhi janji-janjinya dan mengurus negara ini dengan baik di masa-masa sulit sekarang ini,” ujarnya.*
Rep: Ama Farah
Editor: Dija