Iklan

Dua Kisah Menakjubkan tentang Hikmah dalam Islam


Dua Kisah Menakjubkan tentang Hikmah dalam Islam.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Kisah-kisah perjuangan yang dilalui Nabi dan Rasulullah merupakan hal yang selalu bisa dipetik hikmahnya dan diambil sebagai pembelajaran. Dari banyaknya kisah yang ada, ada dua kisah menakjubkan tentang hikmah dalam Islam yang tidak ada salahnya kembali disimak.


Kisah pertama datang dari Sayyidina Shuhaib dan Ammar dalam menerima Islam. Berdua, mereka berencana menemui Nabi Muhammad SAW dengan tujuan untuk mendapatkan kesenangannya. Kala itu, Nabi saat itu sedang berada di rumah Arqam.


Dari arah berbeda, keduanya sedang dalam perjalanan untuk melihat Nabi dan bertemu di pintu rumah tempat Rasulallah tinggal. Hal yang mengikat mereka bersama adalah penerimaannya terhadap Islam dan keinginan mereka untuk mengabdi kepada Nabi Suci.


Dilansir di Blueprint Nigeria, ketika mereka menerima dan memahami Islam, jumlah Muslim saat itu sangat kurang dan menderita dari musuh-musuhnya. Mereka harus menanggung masa-masa yang sangat sulit.


Sejumlah penganiayaan mereka hadapi, hingga mereka mempertimbangkan untuk bermigrasi. Tetapi, musuh-musuh Islam tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja dan memilih untuk mengganggu mereka lebih jauh. Nabi Muhammad SAW lantas hijrah dari Makkah dan memberi izin kepada para pengikutnya untuk melakukannya juga.


Suatu malam, dengan berpura-pura akan buang air kecil, Suhayb berhasil melarikan diri dari cengkeraman orang Quraisy dan melarikan diri dengan menunggang kuda. Musuh beberapa saat kemudian menyadari apa yang telah dia lakukan dan berhasil mengejarnya.


Shuayb lantas memegang busur dan anak panahnya. Ia berteriak, “Orang-orang Quraisy! Anda tahu, demi Tuhan, bahwa saya adalah salah satu pemanah terbaik dan tujuan saya tidak pernah salah. Demi Tuhan, jika Anda mendekati saya, dengan setiap panah yang saya miliki, saya akan membunuh salah satu dari Anda. Lalu aku akan menyerang dengan pedangku”.


Seorang juru bicara Quraisy menjawab, “Demi Tuhan, kami tidak akan membiarkan Anda melarikan diri dari kami dengan nyawa dan uang Anda. Kamu datang ke Makkah dalam keadaan lemah dan miskin, dan kamu telah memperoleh apa yang telah kamu peroleh”.


Mendengar hal itu, Suhayb menjawab, “Apa yang akan Anda katakan jika saya meninggalkan Anda kekayaan saya? Maukah Anda menyingkir dari saya?”. Mendengar pernyataan tersebut, para musuh pun setuju.


Suhayb lantas menjelaskan sebuah tempat di rumahnya di Makkah, di mana dia meninggalkan uang. Dengan hal ini, para musuh mengizinkannya pergi sehingga Suhayb akhirnya berhasil sampai ke Madinah.


Nabi sangat senang melihat Suhayb dan berkata, “Transaksimu telah membuahkan hasil, wahai Abu Yahya. Transaksi Anda telah membuahkan hasil”. Nabi mengulangi perkataan ini tiga kali.


Wajah Suhayb pun berseri-seri dengan kebahagiaan ketika dia berkata, “Demi Tuhan, tidak ada seorang pun yang datang sebelum saya kepada Anda, Rasulullah, dan hanya Jibril yang bisa memberi tahu Anda tentang hal ini”.


Hakayatus Sahaba untuk para sahabat kekayaan mereka dan segala sesuatu yang lain tunduk pada Islam dan Nabi. Mereka mengorbankan harta duniawi mereka untuk Islam, yang pada kenyataannya adalah keuntungan nyata dalam hidup.


Kisah kedua datang dari Malik Bin Dinar dan pencurinya. Alkisah seorang pencuri memanjat tembok rumah Maalik Bin Dinar pada suatu malam dan dengan mudah berhasil masuk ke dalamnya. Begitu berada di dalam rumah, pencuri itu kecewa melihat tidak ada yang layak dicuri.


Malik kala itu sedang sibuk melaksanakan shalat. Menyadari dia tidak sendirian, dia segera mengakhiri doanya dan berbalik menghadap pencuri itu.


Tanpa menunjukkan tanda-tanda shock atau ketakutan, Maalik dengan tenang menyampaikan salam damai dan berkata, “Saudaraku, semoga Allah mengampunimu. Anda memasuki rumah saya dan tidak menemukan apa pun yang layak untuk diambil, namun saya tidak ingin Anda pergi tanpa mengambil sesuatu”.


Dia lantas pergi ke ruangan lain dan kembali dengan kendi penuh air. Dia menatap mata pencuri itu dan berkata, “Berwudhulah dan lakukan dua rakaat, karena jika kamu melakukannya, kamu akan meninggalkan rumahku dengan harta yang lebih besar dari yang kamu cari sebelumnya”.


Merasa direndahkan oleh perilaku dan kata-kata Maalik, pencuri itu berkata, “Ya, itu memang tawaran yang murah hati”. Setelah berwudhu dan shalat dua rakaat, pencuri itu lantas berkata, “Wahai Malik, apakah Anda keberatan jika saya tinggal sebentar, karena saya ingin tinggal untuk shalat dua rakaat lagi?”.  


 





Sumber Berita

Article Top Ads

Central Ads Article 1

Middle Ads Article 2

Article Bottom Ads