Iklan

Kisah Pembangunan Ka'bah oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS

Kisah Pembangunan Ka'bah oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS

Nabi Ibrahim As dan putranya yaitu Nabi Ismail As, keduanya adalah Rasul (utusan) Allah yang mana kisahnya juga diabadikan dalam syariat perintah ibadah haji dan perayaan Hari Raya Kurban (Idul Adha) bagi umat Islam. Selain kisah Asal Usul Hari Raya Idul Adha (Baca: Kisah Nabi Ibrahim dan Asal Usul Hari Raya Kurban), kisah terkenal lainnya dari kedua Rasul ini adalah peristiwa dibangunnya ka'bah pasca banjir besar pada masa Nabi Nuh As. 

Kisah tentang penyembelihan Nabi Ismail (yang kemudian Allah ganti dengan seekor domba kibas) memang menjadi salah satu bukti ketaatan serta ketulusan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam mematuhi perintah Allah. Meski mendapatkan ujian yang berat dari godaan Iblis laknatullah, keduanya tetap teguh dan yakin dalam menjalankan segala perintah dari Allah SWT. 

Waktu pun terus berjalan, keduanya kembali menjalani hidup masing-masing di tempat terpisah yang lumayan jauh jaraknya. Nabi Ibrahim dan Ismail harus berpisah karena Nabi Ismail tinggal di Makkah sementara Nabi Ibrahim tinggal di Palestina. Tahun demi tahun, tanpa terasa Nabi Ismail pun sudah menginjak dewasa dan telah membina bahtera rumah tangga dengan seorang putri dari Bani Israil.

Pada suatu hari, Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk mendirikan Baitullah (Ka'bah) di tanah Makkah. Nabi Ibrahim pun datang kembali ke Makkah untuk melaksanakan perintah Allah tersebut. Sebelum itu, ia mencari putranya, Nabi Ismail untuk membantunya dalam membangun ka'bah. Setelah beberapa lama mencari, maka ketemulah Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail. 

Kebetulan, Nabi Ismail saat itu sedang di suatu tempat didekat mata air zam-zam. Nabi Ismail sedang berteduh dibawah pohon rindang sambil meraut anak panahnya. Setelah bertemu, Nabi Ibrahim melepas rindu dengan rasa haru dan gembira dapat berjumpa kembali dengan sang anak tercinta. Setelah melepas rindunya, maka Nabi Ibrahim mulai menceritakan maksud kedatangannya. Nabi Ibrahim berkata:

“Wahai Ismail, Allah telah memberikan perintah kepadaku.”

"Kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu.", Nabi Ismail menanggapi. 

"Apakah engkau bersedia membantuku?", tanya Nabi Ibrahim seraya menunjuk ke arah tumpukan tanah yang lebih tinggi dari tanah sekitar dan berkata:

"Allah telah memerintahkan untuk membangun sebuah rumah di sini!”

Mendengar permintaan ayahnya, Nabi Ismail pun dengan begitu gembira menyatakan kesanggupannya untuk membantu ayahnya. Dengan rencana dan pemikiran yang bulat untuk membangun rumah Allah, maka dimulailah pembangunan Ka'bah yang berlokasi diatas sebuah bukit dan dikerjakan oleh mereka berdua yaitu Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. 

Akhirnya, ayah dan anak itu pun bekerja sama membangun ka'bah. Ismail mengangkut batu, sementara Ibrahim memasangnya. Keduanya bekerja tanpa kenal lelah. Mereka saling bekerja sama mengumpulkan batu, meninggikan pondasi, dan segala hal mereka kerjakan dengan ketekunan. Kisahnya diabadikan dalam firman Allah:

"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah, 127)

Saat Nabi Ibrahim tidak bisa menjangkau bagian atas, ia menyuruh Nabi Ismail untuk mencari sebuah batu sebagai pijakan untuk mencapai tembok yang sudah tinggi. Batu bekas pijakan Nabi Ibrahim sampai sekarang dinamai dengan “Maqam Ibrahim".

Dengan penuh ketekunan dan kesabaran, maka selesai jualah pembangunan Ka’bah. Bentuknya seperti kubus sesuai dengan petunjuk dan perintah Allah SWT. Menurut sejarawan, bentuk ka'bah pada masa Nabi Ibrahim ini masih sederhana berupa susunan tumpukan batu tanpa atap dan tanpa ada perekat semacam semen untuk melengketkan batu-batu tersebut. 


Setelah selesai tugas mendirikan Ka'bah, Nabi Ibrahim beserta Nabi Isma'il kemudian berdo'a: 

"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak-cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah, 128)

Article Top Ads

Central Ads Article 1

Middle Ads Article 2

Article Bottom Ads