Iklan

Ilmu Bayan

 

1. Pengertian Ilmu Bayan

Menurut bahasa bayan artinya ‘mengungkapkan’ ( الكشف ) atau ‘menjelaskan’ (الإيضاح) yaitu menjelaskan satu makna dengan berbagai ungkapan atau uslub, apakah التشبيه (perumpamaan) atau الإستعارة (metafora, personifikasi).

Sedangkan dalam konteks ilmu balaghah, ilmu bayan adalah ilmu yang mempelajari cara-cara mengemukakan suatu gagasan dengan berbagai macam redaksi yang beragam. Adapun menurut Imam Akdhari ilmu bayan bermakna ilmu yang mempelajari tata cara pengungkapan suatu makna dengan menggunakan susunan kalimat yang berbeda-beda penjelasannya.


2. Uslub-uslub Ilmu Bayan

a. Tasybih (التشبيه)

Menurut bahasa ia bermakna perumpamaan/simile. yakni perbandingan yang dinyatakan secara ekspilisit dengan menggunakan kata-kata yang menunjukan kesamaa, misalnya: seperti, bagaikan, laksana dan sebagainya. Dalam ilmu balaghah disebut اداة التشبيه.

Tasybih menurut pakar ilmu bayan adalah suatu istilah yang di dalamnya terdapat penyerupaan antara dua perkara (musyabah dan musyabah bih), persamaan tersebut terjadi pada suatu makna (wajhu syibah) dan menggunakan اداة التشبيه.


Rukun Tasybih (اركان التشبيه) terbagi menjadi 4 yaitu: 

Musyabah (المشبه), yaitu sesuatu yang hendak diserupakan.

Musyabah bih (المشبه به), yaitu sesuatu yang diserupai. Kedua unsur ini dinamakan thorfay tashbih (طرفي التشبيه) (kedua pihak yang diserupakan).

Wajhu syibah ( وجه الشبه) , yaitu sifat yang terdapat pada kedua pihak itu.

Adat tasybih (أداة التشبيه), yaitu huruf atau kata yang digunakan untuk menyatakan penyerupaan.

Beberapa Contoh Tasybih:

الْعُمْرُ مِثْلُ الضيْفِ أَوْ كَالطيْفِ لَيْسَ لَهُ إِقَامَه

“Umur itu bagaikan tamu atau mimpi, tidak memiliki kepastian.”

الْعُمْرُ = Musyabbah

الضيْفِ = Musyabbah bih

مِثْلُ, كَ= Adat Tasybih

إِقَامَه = Wajhu Syibhah

Adat Tasybih dan wajh Syibh menjadikan tasybih terbagi kedalam beberapa bagian.

1. Ada atau tidak adanya adat tasybih

a) Tasybih Mursal (التشبيه المرسل)

yaitu tasybih yang disebut adat tasybihnya.

contohnya:

 أَنَا كَالْمَاءِّ إِنْ رَضِيْتُ صَفَاءًّ وَ اِذَا مَا سَخِطْتُ كُنْتُ لَهِيْبًا

`Bila aku rela, maka aku setenang air yang jernih dan bila aku marah, maka aku sepanas api menyala

b) Tasybih Mu’akkad (التشبيه المؤكد)

yaitu tasybih yang dibuang adat tasybihnya. Contohnya: الجَوَادُ فِي السُّرْعَةِ بَرْقٌ خَاطِفٌ

`Kecepatan kuda balap itu bagaikan kilat yang menyambar`

2. Dilihat dari ada atau tidak adanya wajhu syibh.

a) Tasybih Mufashshal (التشبيه المنفصل )

yaitu tasybih yang disebut wajhu sibhnya. Contohnya: سرنَا فِي ليلٍ بهيْمٍ كأنه البَحْرُ ظلامًا و إرهاباً

Aku berjalan pada suatu malam yang gelap dan menakutkan, bagaikan berjalan di tengah laut

b) Tasybih Mujmal (التشبيه المجمل)

yaitu tasybih yang dibuang wajhu sibhnya. Contohnya: فكأن لذة صوته ودبيبها سنة تمشى في مقاصل نعس

Maka kemerduan suaranya yang mengalun itu sungguh bagaikan kantuk yang merayap ke seluruh persendian orang yang mengantuk.

c) Tasybih Baligh (التشبيه البليغ)

yaitu tasybih yang dibuang adat tasybihnya dan wajhu sibhnya. Contohnya: 

النشْرُ مِسْكُ وَالْوُجُوْهُ دَنَانِيْرٌ وَاَطْرَافُ الْأَكُف عَنَمٌ

Baunya yang semerbak itu bak minyak kesturi, wajah-wajahnya yang berkilauan bak dinar, dan ujung-ujung telapak tangannya merah bak pacar

b. Isti’arah  (الإستعارة)

1. Pengertian Isti’arah

Isti’arah (الإستعارة) secara bahasa artinya ‘meminjam’ yaitu meminjam suatu kata untuk mengungkapkan makna. misalnya meminjam kata (الظلمات = kegelapan) untuk musyrik dan kata (النور= cahaya) untuk iman.

2. Rukun-rukun Isti’arah

isti’arah yaitu hubungan antara makna asli dan makna baru adalah musyabahah (adanya kesamaan). Suatu kalimat dinamakan isti’aroh jika:

a. Musta’ar minhu (المستعار منه) yaitu kata yang dipinjam darinya atau musyabah bih

b. Musta’ar lahu (المستعار له) yaitu kata yang dipinjam untuknya atau musyabbah

c. Musta’ar (المستعار) yaitu sifat yang dipinjamkan atau wajhu sibh.

d. Qarinah (القرينة) yaitu yang mencegah makna yang sesungguhnya. Baik secara lafadz maupun menjelaskan keadaan dari kondisi.

3. Pembagian Isti’arah

Isti’aroh dari segi qarinah terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Isti’aroh tasrihiyah ( الاِسْتِعَارَة التَّصْرِيْحِيَّةْ )

isti’aroh yang disiratkan dengan musyabbah bih. yang dapat dikategorikan kedalam gaya Bahasa ‘metafora’. Contohnya:

رَأَيْتُ أَسَدًا فِي الْفَصْلِ (saya melihat singa dikelas) 

b. Isti’aroh makniah (الاِسْتِعَارَة اَلْمَكْنِيَّة )

adalah kalimat yang musyabbah bih nya dibuang lalu disiratkan dengan sesuatu dari salah satu sifatnya atau disamakan dengan gaya bahasa “personifikasi”. Contohnya:

غَرَّدَ الشاعر بِقَصِيْدَة (Penyair itu berkicau/bernyanyi) 


Isti’aroh dari segi Lafadznya terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Isti’aroh Ashliyah(استعارة أصلية) 

Yaitu apabila lafaz yang tempat berlangsungnya isti‘arah itu terbentuk dari isim jamid. Isti’arah ashliyyah qarinahnya tashrihiyyah. Contohnya

رَأَيْتُ أَسَدًا فِي الْفَصْلِ، رَأَيْتُ بَحْرًا فِي السُّوْق


b. Isti’aroh Taba’iyah(استعارة تبعيّة) 

yaitu lafaz yang tempat berlangsungnya isti‘arah terbentuk dari isim musytaq/ fi’il. Isti’arah taba’iyyah qarinahnya makniyyah. Contohnya:

غَرَدَ الشَّاعِرُ بِقَصِيْدَةٍ، وَإِذَا الْمَنِيَّةُ أَنْشَبَتْ أَظْفَارَهَا 


Isti’aroh dari segi tandanya dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Isti’aroh Murasyahah(الاستعارة المرشحة) 

yaitu isti’arah yang disebut tanda musyabbah bihnya. Contohnya: أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى

b. Isti’aroh Mujarrodah  (الاستعارة المجردة)

yaitu isti’arah yang disebut ciri musyabbahnya. Contohnya ولَيْلَةٍ مَرِضَتْ من كُلِّ ناحِيَةٍ

c. Isti’aroh Muthlaqah(الاستعارة المطلقة)

yaitu isti’arah yang tidak ada tanda musyabbah bih atau musyabbahnya contohnya: 

إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاء حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ


Isti’arah juga terbagi menjadi 2 menurut struktur, yaitu:

1. Isti’arah mufrodah (الإستعارة المفردة) yaitu yang mustaarnya didalamnya terdapat lafadz yang mufrod, seperti isti’arah tasrihiyah dan isti’arah maknawiyah.

2. Isti’arah Murakkabah (الإستعارة المركبة) yaitu susunan kalimat yang digunakan tidak pada tempatnya disebabkan adanya hubungan penyerupaan beserta adanya bukti yang mencegah dari mendatangkan ma’na asli Isti’arah murakkabah bisa disebut dengan isti’rah Tamsiliyah (الاستعارة التمثيلية).

Isti’arah Tamsil terbagi menjadi 2 yaitu:

Tahqiqiyah

Takhiiliyah

c. Majaz Mursal (المجاز المرسل)

adalah bahasa kiasan juga seperti (isti'arah) tetapi majaz mursal memakai 'hubungan bukan persamaan', (علاقة غير المشابهة). Majaz mursal terbagi 2 yaitu:

Hubungan 'sebagian dari keseluruhan' (علاقة جزئية)

Contohnya القى الرئيس (كلمة) فى هذه المناسبة

Hubungan 'keseluruhan untuk sebagian' (علاقة كلية)

Contohnya 

Hubungan ‘akibat sebab’ 

Contohnya: وينزل لكم من السماء رزقا

Hubungan ‘sebab akibat’

d. Majaz Aqli

Yaitu mengisnadkan lafadz fi’il atau yang bermakna fi’il pada selain lafadz yang menjadi ma’mul menurut keinginan mutakallim secara dhohir karena hubungan makna.

Yang termasuk majaz aqli yaitu:

Mengisnadkan lafadz mabni ma’lum kepada maf’ul. Contohnya عيْشة راضية

Mengisnadkan lafadz mabni majhul kepada fa’il. Contohnya سِيْل مُفْعَمٌ

Mengisnadkan kepada masdhar. 

Contohnya جَدُّ جِدُّهُ

Mengisnadkan kepada isim zaman. 

Contohnya نهاره  صائم 

Mengisnadkan kepada isim makan. 

Contohnya نهر جار

Mengisnadkan kepada sebab. 

Contohnya بنى الأمير المجينة

 

e. Kinayah

Secara leksikal kinayah yaitu suatu lafaz untuk menujukan pengertian yang lain. Sedangkan menurut istilah adalah lafaz yang diucapkan untuk maksud yang seb enarnya, dengan qorinah dengan tidak keluar dari makna tersebut. Misalnya anda berkata. Kinayah terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Kinayah Sifat (كناية صفة)

Yaitu kinayah yang apabila makna yang kita kehendaki itu serupa dengan sifat. Sifat kinayah terbagi menjadi 2 bagian

a. Kinayah Qoribah (كناية قريبة)

kinayah yang tanpa perantara dimana fikiran kita dapat menangkap langsung dari makna lafaz yang diucapkan kepada makna yang dikehendaki.

b. Kinayah Ba’idah (كناية بعيدة)

Kinayah yang memerlukan pemikiran untuk menafsirkan kalimat tersebut, makna yang diucapkan kepada makna yang dikehendaki.

2. Kinayah Mausuf (كناية موصوف)

Yaitu kinayah yang apabila makna yang dikehendaki itu mempunyai sifat. Contohnya

هم ابنء النيل (mereka anak sungai nil)

Yang dimaksud mausuf bukan sifat “ Dia tergoda oleh kupu-kupu malam”. Kupu-kupu malam dalam kalimat ini adalah wanita sebagai mausuf.

3. Kinayah Nisbah (كناية نسبة)

Yaitu kinayah yang menghubungkan suatu sifat kepada seseorang. Jadi, sifat itu tidak langsung kita ucapkan kepada orang yang kita kehendaki.

Contoh: kita berkata kepada orang lain tidak mau tau dengan urusan orang, tidak peduli sama sesama.

خير الناس من ينفع لناس

‘Sebaik-baik manusia adalah orang yang berguna bagi sesamanya’

Maksud nisbat ini adalah jika kita tidak dapat memberi manfaat kepada orang lain, maka kita bukan orang yang baik.


Article Top Ads

Central Ads Article 1

Middle Ads Article 2

Article Bottom Ads