Iklan

Asal Usul Nama Desa Krandegan, Puring, Kebumen

Krandegan adalah nama dari sebuah desa yang terletak di kecamatan Puring, kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Sepertinya menarik jika kita menelisik dari mana sejarah asal usul disematkannya nama Krandegan pada desa ini. Berkaitan dengan hal tersebut, pada artikel kali ini Santos Blog akan menyajikan mengenai asal usul nama desa Krandegan di kecamatan Puring, Kebumen yang kami nukil dari wikipedia. Semoga bermanfaat. 

desa Krandegan
gambar via google map

Pada masa lalu, desa Krandegan merupakan bagian dari ibu kota kadipaten Kaleng yang dipimpin oleh Adipati Banyak Kumara/Banyak Gumarang. Keberadaan desa Krandegan ini bisa dipahami karena letak desa ini memang kini persis berbatasan langsung dengan desa Kaleng, yang dimungkinkan pusat dari kadipaten Kaleng pada masa lalu. Kadipaten Kaleng sendiri kemudian digabung (fusi) dengan kadipaten Pucang menjadi Kadipaten Roma oleh Sultan Pajang pada tahun 1543 M. 

Menurut para sesepuh atau orang-orang tua, konon nama Krandegan berasal dari kata Endegan yang artinya adalah tempat berhenti dan beristirahat. Dalam bahasa Jawa, kata 'endegan' merupakan perubahan dari kata mandeg (artinya berhenti) sehingga 'endegan' bisa berarti tempat berhenti. Jika dirunut dari sejarahnya, hal ini terjadi karena pada masa lalu di wilayah ini pernah terdapat sebuah pasar yang sering dijadikan sebagai tempat singgah (berhenti), selain juga menjadi pusat perekonomian pada masa itu. 

Pasar ini cukup besar dan ramai. Namun pada masa kini, keberadaan pasar tersebut sudah bergeser ke arah barat tepatnya di desa Kaleng. Terlepas dari telah bergesernya pasar tersebut, konon dahulunya pasar ini berada di wilayah Krandegan dan sering menjadi tempat berhenti (endegan) bagi orang-orang. Kita tentu mafhum bahwa setiap pasar memang seringkali menjadi tempat singgah bagi banyak orang. Baik itu untuk istirahat selepas perjalanan jauh atau sekedar untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Nah, dari sinilah kemudian muncul nama Krandegan. 

Versi lain ada juga yang menyebutkan bahwa asal usul nama Krandegan ini ada hubungannya dengan buah kelapa muda (dalam bahasa jawa disebut 'degan'). Pada masa lalu, wilayah ini memiliki pekarangan luas yang banyak ditumbuhi pohon kelapa. Banyak orang berhenti singgah di tempat ini untuk melepas lelah dan menikmati segarnya air degan (kelapa muda) milik warga sekitar. Karena daerah ini dahulunya merupakan karangan (kebun) yang banyak 'degannya', maka lidah orang jawa lama-lama menyebutnya menjadi Krandegan. 

Sedangkan versi ketiga menyebutkan bahwa asal usul nama Krandegan mungkin juga ada kaitannya dengan sejarah pada masa penjajahan. Dahulu pada masa penjajahan Belanda, wilayah yang berbatasan dengan desa Kaleng ini hendak dimasuki oleh tentara Belanda. Untuk menghambat pasukan Belanda, maka para warga kemudian menggali lubang besar memanjang seperti parit di sebelah barat wilayah tersebut. Parit tersebut dimaksudkan untuk memberhentikan ('ngendeg') patroli belanda agar tidak bisa lewat. Dari sinilah muncul versi ketiga asal usul nama Krandegan. 

Selain uniknya nama Krandegan, di desa ini juga terdapat tokoh-tokoh penting pada masa lalu yang makamnya banyak diziarahi oleh warga sekitar. Salah satunya yaitu seorang Ulama bernama Syekh Kyai Abdullah Rosyid. Makam Syekh Rosyid Krandegan ini berada di komplek makam tua di selatan desa wilayah dusun Kauman dan Karangsari. Syekh Kyai Abdullah Rosyid merupakan kakek dari Syekh Syihabuddin Dongkelan Bantul Yogyakarta, seorang penghulu agama pada masa Sultan Hamengku Buwono I. 

Syekh Rosyid Krandegan juga mempunyai keturunan yang menjadi seorang tokoh penting bernama Kyai Muhammad Syafi'i. Kyai Muhammad Syafi'i adalah seorang pembantu Pangeran Diponegoro pada saat menjalankan perang gerilya di wilayah panjer (Kebumen) pada masa Perang Jawa (Perang Diponegoro). Selain makam Syekh Rosyid, terdapat pula makam auliya lainnya yang letaknya di bagian tengah desa seperti makam Syekh Panggang di maqom Panggang, Syekh Kunci di maqom kunci dan makam-makam lainnya.

Wilayah desa Krandegan terbagi atas 7 dukuh yang terdiri dari dukuh Kebonagung, Kemenying, Kauman, Karangsari, Pekuncen, Kaligending dan Aglik. Mayoritas warga Krandegan beragama Islam dengan mata pencaharian sebagai petani, sebagian lainnya berprofesi pedagang dan pegawai pemerintah. Ada juga yang merantau ke kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, serta Kalimantan, bahkan ada juga sebagian yang merantau ke luar negeri seperti Malaysia, Hongkong dan Arab saudi.

Article Top Ads

Central Ads Article 1

Middle Ads Article 2

Article Bottom Ads