Kisah Tiga Lelaki Terjebak Dalam Gua (Doa Tawassul dengan Amal Shalih)
Alkisah, ada tiga orang laki-laki yang sedang mengadakan perjalanan ke sebuah negeri. Di tengah perjalanan, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Dengan serta merta mereka pun mencari tempat untuk berteduh. Kebetulan tidak jauh dari tempat mereka berdiri, tampak sebuah goa. Dengan tergesa-gesa, ketiganya akhirnya memutuskan masuk ke dalam goa untuk menyelamatkan diri dari terpaan air hujan.
ilustrasi gua |
Mereka menjadi panik dan berpikir keras bagaimana caranya agar dapat keluar dari goa itu. Namun, semakin mereka berpikir keras semakin berujung pada kebuntuan. Lama mereka bergulat dengan pikirannya masing-masing. Di tengah-tengah keputus-asaan yang mulai merambati hati, ketiganya kemudian berdoa. Sebab tidak ada cara lain lagi yang dapat membuka batu sebesar itu kecuali hanya pertolongan Allah.
Lelaki pertama berdoa, “Ya Allah ya Tuhanku, hanya kepadaMulah aku berharap dan memohon pertolongan. Bila boleh aku bercerita, dahulu aku pernah mempunyai seorang pembantu yang menggembalakan ternak-ternakku. Oleh karena suatu hal ia keluar dari tempatku dan menitipkan satu ekor kambing kepadaku. Seiring dengan berjalannya sang waktu kambing itu kemudian beranak pinak hingga menjadi demikian banyak. Pada waktu pembantu itu kembali maka aku katakan kepadanya:
“Wahai kisanak, ini semua adalah kambingmu. Sedikit pun aku tidak pernah menguranginya. Silahkan kau ambil, karena itu adalah hakmu”.
Dengan terbengong-bengong kemudian ia berkata, “Tuan, bukankah kambingku hanya satu?. Lalu kenapa bisa menjadi banyak begini?”
Lalu aku jawab, “Kambingmu itu adalah kambing betina, kebetulan pada saat engkau titipkan padaku ia dalam keadaan bunting. Lalu beranaklah kambing itu hingga menjadi sebanyak ini. Maka dari itu, ambillah kambing-kambing itu”.
“Ya Robbi, jika menurut-Mu perbuatanku itu adalah pantas dan baik di mata-Mu maka aku berwasilah kepadanya, bukakanlah batu yang menutupi goa ini!”. Atas perkenan Allah, batu itu pun bergeser sedikit.
Giliran lelaki kedua kemudian berdoa, “Ya, Allah. Ya, Tuhanku. Dahulu aku pernah menolong pamanku dengan menghutanginya sekian dinar. Seiring berjalannya waktu ternyata pamanku tidak sanggup membayar hutang. Sebagai tebusannya aku meminta anak gadisnya untuk aku setubuhi. Karena tidak ada pilihan lain, pamanku pun kemudian menyetujui persyaratanku.
Di sebuah tempat, anak gadis pamanku telah berada di sebuah kamar siap melayaniku. Hasratku pun memuncak dan begitu bernafsu untuk segera menjamahnya. Aku dekati gadis itu, sejurus kemudian ia berkata, “Tuan, tidak malukah anda pada Allah Yang Maha Melihat atas semua kelakuan hamba-Nya. Tetapi andaikata Tuan tetap menginginkan aku melayani, akan aku turuti kemauan Tuan”. Mendengar penuturan gadis itu hatiku pun bergetar, dan seluruh dosa seakan menumpuk di depan mata.
Dengan serta merta aku kemudian menyuruh gadis itu untuk pulang dan hutang pamanku aku anggap telah lunas. Jika ternyata tindakanku itu baik di mata-Mu, maka aku berwasilah dengannya agar Engkau berkenan membuka batu penutup goa ini”. Atas seizin Allah, batu itu bergeser lagi lebih lebar.
Lelaki ketiga pun ikut berdoa, “Ya, Allah. Ya, Tuhanku. Dahulu aku mempunyai orang tua yang sudah sangat uzur. Tidak ada yang dapat dilakukannya kecuali hanya berbaring di tempat tidur sehingga segala sesuatunya akulah yang melayaninya. Bila datang waktu makan aku menyuapinya, baru setelah itu aku mengisi perutku dengan nasi dan lauk yang tersisa. Bila kebetulan kambing kami penuh air susunya, aku ambil, aku masak dan kuhidangkan untuknya, baru setelah itu aku meminum sisanya.
Bila ia hendak ke belakang atau pergi ke suatu tempat, maka aku selalu menggendongnya. Dan begitulah dari waktu ke waktu aku lalui dengan memberikan pelayanan kepadanya dengan hati yang sangat tulus. Ya Allah, jika perbuatan itu baik di mata-Mu dan Engkau berkenan menerimanya maka aku berwasilah dengannya agar kiranya batu ini bergeser atas kehendak-Mu.” Atas seizin Allah batu itu pun bergeser hingga pintu gua terbuka dan ketiga pemuda tadi dapat keluar dengan selamat.
Kisah di atas terjadi pada masa sebelum Nabi Muhammad SAW dan telah disebutkan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Dapat dipahami bahwa dalam keadaan sesulit apa pun, kita hendaknya banyak berdoa agar diberi jalan keluar oleh Allah. Salah satu bentuk doa tersebut adalah dengan menyebutkan amalan shalih yang telah kita kerjakan. Allah tidak akan menyia-nyiakan balasan bagi orang yang berbuat amalan kebaikan. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah di atas. Wallahu A'lam.
Lelaki ketiga pun ikut berdoa, “Ya, Allah. Ya, Tuhanku. Dahulu aku mempunyai orang tua yang sudah sangat uzur. Tidak ada yang dapat dilakukannya kecuali hanya berbaring di tempat tidur sehingga segala sesuatunya akulah yang melayaninya. Bila datang waktu makan aku menyuapinya, baru setelah itu aku mengisi perutku dengan nasi dan lauk yang tersisa. Bila kebetulan kambing kami penuh air susunya, aku ambil, aku masak dan kuhidangkan untuknya, baru setelah itu aku meminum sisanya.
Bila ia hendak ke belakang atau pergi ke suatu tempat, maka aku selalu menggendongnya. Dan begitulah dari waktu ke waktu aku lalui dengan memberikan pelayanan kepadanya dengan hati yang sangat tulus. Ya Allah, jika perbuatan itu baik di mata-Mu dan Engkau berkenan menerimanya maka aku berwasilah dengannya agar kiranya batu ini bergeser atas kehendak-Mu.” Atas seizin Allah batu itu pun bergeser hingga pintu gua terbuka dan ketiga pemuda tadi dapat keluar dengan selamat.
Kisah di atas terjadi pada masa sebelum Nabi Muhammad SAW dan telah disebutkan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Dapat dipahami bahwa dalam keadaan sesulit apa pun, kita hendaknya banyak berdoa agar diberi jalan keluar oleh Allah. Salah satu bentuk doa tersebut adalah dengan menyebutkan amalan shalih yang telah kita kerjakan. Allah tidak akan menyia-nyiakan balasan bagi orang yang berbuat amalan kebaikan. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah di atas. Wallahu A'lam.
Genrerating Link.... 15 seconds.
Your Link is Ready.