Iklan

Pengembangan Bahasa Ajar Bahasa Arab

 


1. Pengertian dan Kedudukan Bahan Ajar

Bahan ajar ialah seperangkat materi yang disusun sistematis baik tertulis maupun tidak yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik, sehingga tercipta lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dan mencapai tujuan pembelajaran. 

Dalam pembelajaran, bahan ajar memiliki peran yang sangat penting, baik bagi guru maupun siswa. Bahan ajar dijadikan sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa sebagai suatu upaya untuk memperbaiki mutu pembelajaran. 

Gagne, Briggs, dan Wager mengajukan beberapa asumsi tentang arti penting kedudukan bahan ajar khususnya, dan rancangan pembelajaran pada umumnya, yaitu: 

a. Membantu belajar secara perorangan; 

b. Memberikan keleluasaan penyiapan pembelajaran jangka pendek dan jangka panjang; 

c. Rancangan bahan ajar yang sistematis memberikan pengaruh besar bagi perkembangan sumber daya manusia secara perorangan; 

d. Memudahkan pengelolaan proses belajar mengajar dengan pendekatan sistem; 

e. Memudahkan belajar.

2. Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar merupakan pendekatan sistemik dalam merancang, mengevaluasi, dan memanfaatkan hubungan antara fakta, konsep, prinsip, atau teori yang terkandung dalam pokok bahasan yang mengacu pada tujuan. 

Pengembangan bahan ajar ialah salah satu domain teknologi pembelajaran yang berfungsi sebagai proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Kawasan pengembangan mencakup banyak variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran yang dapat diorganisasi ke dalam empat kategori, yakni:

Teknologi cetak 

Teknologi audio visual, 

Teknologi yang berasaskan komputer, dan 

Multimedia atau teknologi terpadu. 

Pada dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan melalui pesan yang memberikan informasi, strategi pembelajaran, dan manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran. 

Pengembangan bahan ajar dilakukan dengan memperhatikan sepuluh komponen yang meliputi: 

a. Mengidentifikasi standar kompetensi, 

Langkah pertama dalam model pendekatan sistem ialah mengidentifikasi tujuan pembelajaran dengan maksud untuk menganalisis aktivitas apa yang sesungguhnya dapat dilakukan oleh siswa setelah mereka menyelesaikan pembelajaran.

b. Melakukan analisis pembelajaran

Pada tahap analisis pembelajaran, yang dilakukan ialah menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang disusun secara sistematis.

c. Menganalisis peserta didik dan konteks

Sebagai tambahan di dalam  menganalisis tujuan pembelajaran, terdapat suatu analisis paralel terhadap pembelajar, konteks di mana mereka akan belajar keterampilan itu, dan konteks mana yang mereka akan digunakan.

d. Menulis tujuan kompetensi dasar

Merumuskan sasaran kinerja atau tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional menjadi pedoman bagi pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang akan dicapai oleh peserta didik pada akhir proses instruksional. 

e. Mengembangkan instrument asesmen

Misalnya dengan menyusun butir tes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik untuk mencapai apa yang telah dicantumkan dalam rumusan tujuan

f. Mengembangkan strategi pembelajaran

mengembangkan strategi pembelajaran yang merupakan prosedur yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pembelajaran terhadap peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, 

g. Mengembangkan dan menyeleksi materi pembelajaran 

Pengembangan bahan ajar mengacu pada strategi pembelajaran. Strategi yang dimaksud ialah pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik baik dengan bantuan guru maupun tanpa bantuan guru, sehingga bahan ajar dapat digunakan oleh peserta didik secara mandiri

h. Mendesain dan melakukan evaluasi formatif, 

Tujuan dari melakukan evaluasi formatif ialah untuk mengukur tingkat efektivitas dan efisiensi, dan daya tarik dari strategi pembelajaran

i. Melakukan revisi,

melakukan revisi produk dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan evaluasi. Selanjutnya data tersebut ditafsirkan sebagai usaha untuk mengenali kesulitan-kesulitan dan kekurangan yang terdapat dalam bahan ajar

j. Mendesain dan melakukan evaluasi sumatif. 

Melakukan evaluasi sumatif yang dilaksanakan untuk mengetahui apakah bahan ajar yang akan dikembangkan layak atau tidak digunakan oleh peserta didik. 

Berkaitan dengan bahasa Arab, pengembangan bahan ajar bahasa Arab memiliki dasar-dasar yang harus dipenuhi. Mahmud Kamil al-Naqah dalam tulisannya yang berjudul Usus I’dad Mawad Ta’lim al-Lugah al-Arabiyah wa Ta’lifuha, mengatakan bahwa dalam pembuatan dan penyusunan materi atau bahan ajar berlandaskan atas empat aspek, yaitu: 

1) Aspek psikologi, 

2) Aspek budaya, 

3) Aspek pendidikan, dan 

4) Aspek bahasa

Sementara berkenaan dengan bahan ajar dalam penyusunannya menurut Dewey hendaknya memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut: 

Bahan ajaran hendaknya konkret dipersiapkan secara sistematis dan mendetail

Pengetahuan yang telah diperoleh sebagai hasil belajar hendaknya ditempatkan dalam kedudukan yang berarti yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru dan kegiatan yang lebih menyeluruh. 


3. Prinsip Pemilihan Materi Bahan Ajar

Prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: 

(a) Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran seharusnya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

(b) Konsistensi artinya adanya kekokohan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, dan 

(c) Kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak.

Dalam pandangan Fuad Effendi, ada 3 prinsip dalam pemilihan bahan ajar dalam pendekatan komunikatif, yaitu: 

Prinsip kebermaknaan. 

Prinsip pemakaian bahasa bukan pengetahuan bahasa. 

Prinsip kemenarikan bahan ajar. 

Sementara faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan materi ajar  bahasa Arab, yaitu: 

a. Isi bahan ajar yang berhubungan dengan validitas atau kebenaran isi secara keilmuan. 

b. Ketepatan cakupan yang berkaitan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi. 

c. Ketercernaan materi yang meliputi pemaparan yang logis, runtut, terdapat contoh dan ilustrasi, alat bantu, format, dan penjelasan tentang relevansi dan manfaat bahan ajar. 

d. Penggunaan bahasa. 

e. Pengemasan. 

f. Ilustari, dan 

g. Kelengkapan komponen meliputi komponen utama, pelengkap dan evaluasi hasil belajar. 


4. Bahan Ajar Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Bahan ajar komunikatif tidaklah sama dengan bahan ajar yang berdasarkan metode Audiolingual. Perbedaan terletak pada pemilihan bahan ajar dan cara penyusunannya. Pemilihan bahan ajar untuk metode Audiolingual berdasarkan hasil analisisi konstraktif. Sedangkan pemilihan bahan ajar komunikatif berdasarkan kebutuhan pembelajar.  

Azies dan Alwasilah mengatakan bahwa ada tiga jenis utama bahan ajar yang banyak digunakan di dalam pengajaran bahasa komunikatif, yaitu 

a. Bahan ajar Tekstual, 

b. Bahan ajar tugas, yaitu bahan ajar yang berisi permainan, simulasi, dan aktivitas berdasarkan tugas yang telah disiapkan untuk menunjang pengaran bahasa komunikatif. Dan 

c. Realia, yaitu bahan-bahan ”otentik”, ”dari kehidupan” dalam ruang kelas. 

Sementara itu Thu’aimah dan al-Naqah mengatakan bahwa bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang mengarahkan kompetensi bahasa siswa kepada kompetensi komunikatif sesuai dengan kondisi dengan demikian pembuatan bahan ajar tersebut berdasarkan analisis yang mendalam terhadap kebutuhan para pembelajar. 

Adapun tujuan analisis kebutuhan yang dilakukan dalam pembuatan bahan ajar di sini adalah: 

1. untuk menentukan kemampuan bahasa yang dibutuhkan oleh pelajar untuk melakukan peran tertentu. 

2. untuk membantu menentukan peran yang digunakan terhadap pemenuhan kebutuhan siswa yang bergabung dengan program ini. 

3. untuk mengidentifikasi siswa yang sangat membutuhkan pelatihan keterampilan untuk bahasa tertentu. 

4. untuk mengidentifikasi setiap perubahan orientasi yang dirasa penting oleh individu-individu dalam kelompok yang saling berhubungan. 

5. untuk mengidentifikasi kesenjangan antara apa yang dapat dilakukan siswa dan apa yang mereka butuhkan untuk dapat melakukannya. 

6. untuk mengumpulkan informasi tentang masalah khusus yang dihadapi oleh peserta didik


Article Top Ads

Central Ads Article 1

Middle Ads Article 2

Article Bottom Ads